Powered By Blogger
Your Ad Here
Your Ad Here

Selasa, 02 Maret 2010

Tracking Off Beat / Meleset a.k.a "Latency"

Pada home recording biasanya suara yang kita record terlambat masuk ke komputer atau kadang orang menyebutnya latency atau delay apalagi bila kita kekurangan memori nah untuk itu kita perlu sebuah software yaitu asio4all

Dengan Software ini akan mengurangi latency pada saat wave mapping di DAW kita.
Biasanya bila kita install "Fruity Loops studio" atau "Nuendo" software Asio4All ini sudah diikutsertakan.
jika belum punya bisa download disini

Download
Readmore...

MASTERING FOR BEGINNER (bag. 2)

Sebelum lebih jauh. baca postingan pertama Mastering Untuk Pemula bagian 1

File audio saya bukan 44.1KHz sample rate-nya. Misal 88.2KHz, bagaimana caranya menaikkan level/loudness PLUS convert sample rate ?

Sama dengan mastering basic 1. Tapi tambahkan plugin RESAMPLER SETELAH VU meter.


Proses lainnya kurang lebih sama dgn mastering basic 1.


sumber: http://musiktek.com/e107_plugins/forum/forum_viewtopic.php?29622
Readmore...

MASTERING FOR BEGINNER (Bag. 1)

Membuat hasil mix lebih loud/keras adalah SALAH SATU tugas 'mastering'. Bukan tugas yg 'utama', tapi adalah prosedur yg biasanya pertama dilakukan saat mastering.
Berikut aku akan coba memberi contoh cara mengeraskan sebuah lagu.

Menggunakan Wavelab

1. BUKA file wav hasil mixingan yg ingin di proses.

2. Di master section-nya wavelab :
- pasang TLs-pocket limiter
- kemudian pasang PSP vintage meter (ref -6dBFS)
- kemudian pasang internal dither : noise type 1, noise shaping 2, output bit resolution 16
- stel master fader-nya wavelab ke -0.3dB


3. Sekarang, kita stel kalibrasi PSP VU meter ke -6dBFS :

Klik tulisan PSP Vintage Meter


Stel 0VU Refer-level ke -6dB


Sekarang VU meter anda sudah ter-kalibrasi ke 0VU = -6dBFS.

4. Play bagian lagu yg paling keras, misal di reff coda. Sambil memperhatikan VU meter, naikan GAIN di TLs-pocket limiter sampai jarum di VU meter menyenggol angka 0dB.


Bisa lebih keras dari 0dBVU, tapi diperlukan trick khusus agar bunyi tidak terdengar pecah. That's another lesson to discuss

Oke sampai sampai disini audio anda sudah lumayan keras/loud Welcome. Ini baru permulaan ! Masih banyak stage2 lainnya utk memoles hasil mastering supaya terdengar seperti cd2 commercial

Jika anda sudah puas dgn level-nya, tekan RENDER


Kemudian pilih WHOLE FILE dan PROCESS IN PLACE.

Kemudian FILE -> SAVE AS -> Masukan nama file baru, kemudian stel output menjadi WAV/AIFF 16-bit 44.1KHz. Audio siap utk di-burn.


Note :
-------
Proses diatas KHUSUS utk file audio yg sudah memiliki sample rate 44.1KHz. Jika file audio yg akan di proses memiliki sample rate yg lain, harus di-convert dulu.

Semoga berguna.
sumber: http://www.musiktek.com/e107_plugins/forum/forum_viewtopic.php?29620
Readmore...

ADOBE AUDITION 3




Adobe® Audition® 3 (formerly Cool Edit Pro) software is the all-in-one toolset for professional audio production.. Designed for demanding audio and video professionals, Adobe Audition offers recording, mixing, editing, mastering, and effects processing capabilities. Its flexible workflow, combined with exceptional ease of use and precise tools, gives you the power to create rich, nuanced audio of the highest possible quality. Adobe Audition 3 is designed to give audio professionals - sound designers, recording and mastering engineers, and musicians - a flexible production toolkit for recording, mixing, editing, and mastering audio. With comprehensive audio mastering and restoration capabilities, Adobe Audition 3 helps professionals create music and radio spots, as well as restore imperfect recordings with sophisticated editing tools. New features include VSTi virtual instrument support with MIDI piano roll, enhanced spectral editing options, fast fade and crossfade controls, and advanced multi-core support.

New effects include Analog Delay, Convolution Reverb and Tube-modeled Compressor, while the Guitar Suite can add analog-modeled effects to dry guitar tracks. iZotope Radius time stretching allows users to accurately change tempo and pitch independently. Audition 3 additionally offers on-clip fade handles, a dedicated Top/Tail mode in Edit View, automatic crossfades and the ability to edit grouped clips together.

Audition 3 also adds new Adaptive Noise Reduction and multiple phase correction tools. Editing in the Spectral Frequency display is enhanced with the Effects Paintbrush and Spot Healing Brush, similar to the tools found in Adobe Photoshop CS3 software. Also, the addition of the Marquee Tool to the Spectral Pan and Spectral Phase displays lets users visually isolate and edit any sound based on time, frequency, phase or pan location.

Use Adobe Audition 3 to:
* Create your own music
* Record and mix a project
* Produce a radio spot
* Clean up audio for a movie
* Compile and edit a soundtrack

Top features in Adobe Audition 3:
VSTi virtual instrument support
Enjoy support for a wider range of virtual instruments. Simply add a MIDI host track to your mix, choose an instrument, and then record new audio in the Sequencer.

Improved multitrack editing
Save time and increase accuracy by editing grouped clips together. Auto-crossfade clips in multitrack view to quickly mix files together. Click-and-drag fade handles on multitrack clips and in the Edit View for faster editing

Enhanced spectral editing
Make a free-form selection in frequency space with the Effects Paintbrush and apply effects in varying degrees to that selection. Smooth over a selected region to automatically repair clicks, pops, and other noises using the Spot Healing Brush.

Top/Tail Views
Need a quick and easy way to tweak the start and end of a loop or other audio file? The new Top/Tail Views allow you to zoom into the beginning and end of a file so you can quickly add precise fades while keeping the whole file in view.

New effects
Adobe Audition 3 includes new effects such as Convolution Reverb, Analog Delay, Mastering tool, Guitar Suite, and Tube-modeled Compressor.

Superior performance
Get superior performance and take advantage of the new multicore processors. The optimized mix engine allows for more tracks and effects on the same machine, offering more variety and faster processing.
DOWNLOAD:

Code:
http://rapidshare.com/files/75747834/4d0b3_4ud1710n_3.0.part1.rar
http://rapidshare.com/files/76084304/4d0b3_4ud1710n_3.0.part2.rar
http://rapidshare.com/files/76089039/4d0b3_4ud1710n_3.0.part3.rar
Password: www.warezscene.org

OR

http://www.filefactory.com/file/cf7dc0/

http://www.filefactory.com/file/485a57/

http://www.filefactory.com/file/fde983/
pass if needed : www.2baksa.net or VSTclub.com

OR

Adobe Audition v.3.0 Multilingual Retail Incl Keymaker @IIX
http://www.indowebster.com/AdobeAuditionv30MultilingualRetailInclKeymakerpart1rar.html
http://www.indowebster.com/AdobeAuditionv30MultilingualRetailInclKeymakerpart2rar.html
pass = bajgur
Readmore...

Mixing secara mudah

Faktor yang membantu untuk mendapatkan hasil tracking yang bagus :

1. Niat nya. hehehe itu kan jelas banget. Iya tapi ini yang paling penting. Kalau sound engineer nya malas dan ngga niat, dijamin hasilnya ngga akan bagus.
2. Skill player nya. Misalnya alat nya sama, tapi skill player nya beda maka sound nya juga beda banget. Player jago + instrument pasti sound nya bagus. Tinggal ambil microphone aja terus rekam dehh.
3. Pemilihan microphone, dan microphone placement. Ini ngaruh banget. Tiap mic punya karakter yang beda. Biasanya SE pro punya beberapa pilihan microphone untuk aplikasi tertentu. Terus jarak dari microphone ke sound source juga pengaruh ke sound ( proximity effect ).
4. Kualitas kabel. Jangan sekali-sekali pakai kabel palsu. Paling ngga, pakai deh kabel yang harga nya diatas 10 ribu semeter.
5. Kualitas pre amp dan converter nya. Dulu pre amp dan converter harus beli terpisah. Masalahnya dahulu converter cuma bisa menerima line level signal. Tapi jaman sekarang banyak converter yang sudah menyertakan pre amp sehingga microphone bisa dicolok langsung. Juga instrument seperti gitar, bass, dsb. Walaupun demikian, tidak semua merek kualitas nya bagus. Banyak bertanya teman, baca internet, dan main ke studio teman untuk mendengar kualitas dari masing2 pre amp dan converter sebelum menentukan pilihan.

Nah, kalau beberapa poin diatas sudah dilengkapi sekarang para pembaca semua sudah punya bahan siap mixing yang berkualitas. Selanjutnya kita mulai mixing :

Step 1.
Mulai mixing sebagus-bagus nya hanya menggunakan level dan panning.


Step 2.
Terus pasang dehh reverb. Supaya hemat CPU pasanglah reverb di aux send / FX channel. Jangan lupa mix nya di set ke 100% / wet. Untuk aman nya Reverb Time / sustain / decay atur antara 1.5 s/d 2.5 seconds. Diatas 3 seconds sepertinya terlalu panjang. Karakteristik nya ambil mid atau agak high aja. Kalau reverb standard cubase, pasang aja low damping standard, terus high damping -3 dB.


Step 3.
Sesudah itu mulai deh cari instrument yang dinamika nya terlalu lebar. Artinya terkadang terdengar, terkadang tertutup musik. Bisa juga terkadang volume nya pas, terkadang terlalu keras. Begitu ketemu, langsung deh pasang compressor di "insert" nya instrument tersebut.
Saat penggunaan compressor, yang harus diperhatikan adalah lampu "Gain Reduction". "GR" yaitu berapa dB signal yang telah dipotong compressor. Kalau lampu "GR" sudah menyala artinya compressor bekerja. Attack Time boleh taruh 20 ms, Release Time 80 ms.


Step 4.
Ada instrument yang bertabrakan freq nya? Atau sound nya ngga cocok di hati? Saat nya gunakan EQ. Pertama kali perhatikan sound asli nya, lalu cari masalah nya ada dimana. Lebih baik meng-cut daripada boost.

*

Misalnya sound nya menggulung / kebanyakan low, pasanglah low shelf EQ.
Coba pasang di Frequency 150 dan Gain : -6 dB. Lalu pelan2 ubah nilai f nya sampai ketemu frequency yang dimaksud. Setelah itu baru ubah G nya untuk menentukan berapa dB yang akan dipotong.
*

Misalnya sound nya terlalu bright / nyerang di kuping, pasanglah high shelf EQ.
Prinsip nya sama spt di atas, coba di Frequency sekitar 8 kHz keatas.
*

Untuk Mid frequency, boleh pakai Bell EQ. Parameter nya ada 3 yaitu f untuk frequency nya, g untuk gain nya, dan Q untuk bandwith nya.
source : http://www.dolphindaw.com/course/mix%20mudah.html
Readmore...

Tips Mixing

Sekarang ini peralatan audio bukan hanya para SE dan studio rekaman saja yang beli. Melainkan mulai dari anak SMA dan Musisi yang mencoba rekaman sendiri di rumah. Banyak dari para pendatang baru di bidang audio ini yang punya kesulitan untuk mendapatkan hasil mixing yang pro. Hasil mixing kedengeran nya sudah oke, tapi koq ada yang kurang ya???

Well, kita semua tahu bahwa hasil yang pro perlu pengalaman dan ngga bisa didapat dengan singkat. Tapi saya coba kasih beberapa tips yang mudah2 an bisa mempercepat teman2 sound engineer yang baru beli alat dan masih bingung untuk cari sound "pro" tersebut.

1. Monitoring Level.
Mungkin karena takut telinga lelah atau tak mau ganggu teman yang lagi tidur di studio, beberapa orang mixing dengan volume yang pelan. Ini tidak baik. Kalau anda mixing dengan volume yang terlalu pelan, maka kemungkinan besar hasil mixing anda akan kebanyakan bass. Ada hubungan nya dengan teori kurva fletcher / munson yang singkatnya mengatakan bahwa telinga manusia pada saat volume rendah tak seberapa sensitif pada low & high frequency. Coba saat anda mixing dengan volume rendah, setelah selesai lalu naikkan volume nya. Mungkin anda akan merasakan, lho ternyata bass nya kegedean ya??
Tetapi perlu diingat, bukan berarti anda harus mixing dengan volume yang kuat. Apabila mixing dengan volume yang kuat dalam jangka waktu panjang, sangat be-resiko bagi pendengaran anda. Karena itu saat mixing volume level yang baik biasanya sekitar 85 dB. Patokan nya apabila anda masih dapat mendengar teman anda berbicara dalam jarak 1 meter, maka artinya masih oke.

2. Hasil akhir yang mendem.
Ini juga masalah rutin yang banyak terjadi hehehe. Kalau anda perhatikan ada beberapa CD pro yang bright, high frequency dan tidak mendem. Sedangkan kalau anda coba EQ pasti akan sakit ke telinga, dan tak mendapatkan sound spt itu. Lalu itu sound apa?? Jawabnya adalah HARMONIC. Jadi kalau mau cari sound itu musti beli alat yang namanya exciter, vitalizer, dsb yang akan meng "create" harmonic content untuk musik anda. Cara kerja nya exciter adalah dia akan me-recreate high frequency yang hilang atau tidak ada dari sana nya. Jadi beda dengan EQ. Hati2 dengan penggunaan exciter karena mungkin bisa jadi anda tidak menyadari terlalu banyak memberi exciter. Apalagi kalau pada master fader. Tahu2 hasil mixing anda terlalu bright jadi nya.

3. Experiment dengan Reverb.
Pertama kali, reverb harus ditaruh di fx channel atau aux channel. Jangan di insert karena akan menghabiskan CPU anda.
Carilah reverb yang baik bunyi nya. Jangan sembarang ambil reverb lalu pakai preset. Penggunaan reverb yang salah akan menyebabkan hasil mixing terdengar amatir, dan tak dapat diperbaiki saat mastering. Misal nya vocal yang seperti di dalam sumur, atau snare reverb yang jadul dsb.
Experiment lah dengan reverb, misalnya gunakan reverb dengan karakteristik bright untuk vocal dengan reverb time agak panjang ( apabila lagu nya slow ). Lalu untuk snare gunakan karakteristik mid dengan reverb time dan pre delay yang berbeda. Semakin anda ber eksperiment, maka semakin banyak yang anda temui dan membuat hasil mixing lebih terdengar pro.

4. Gunakan EQ seperlu nya.
Selalu usahakan untuk mendapatkan hasil yang di inginkan pada saat tracking. Ingatlah pepatah "Rubbish in Rubbish out". Secara pribadi saya selalu mencoba mixing tanpa menggunakan EQ sama sekali. Tapi sayangnya di sini sering dapat job hasil tracking orang lain. Semakin parah material nya, terpaksa deh menggunakan banyak EQ :)

5. Gunakan Compressor seperlu nya.
Kalau misal nya bisa kelihatan di graphic nya misalnya waktu intro pelan, lalu waktu ref jadi kencang, gunakan aja automation untuk menyamakan nya. Sound nya lebih natural lho. Dan untuk yang baru coba2 pake compressor, kalau settingan ngga benar malah buat sound nya jadi ngga enak. Ngga percaya? Coba experiment dengan sound yg agak fluktuatif. Misal nya acoustic guitar yang petikan, taruh compressor hingga didapat Gain Reduction sekitar 6 dB. Lalu setting attack 5 ms, release 10 ms. Gimana hasil nya? Kemungkinan besar sound nya akan terdengar pecah.

6. Pakailah Speaker Flat
Speaker flat itu netral artinya tidak ada frequency yg di boost, juga dia lebih detil dalam me reproduksi suara. Misalnya yang ngga akan kedengeran di speaker rumah spt background noise, akan terdengar di speaker flat. Juga speaker rumah sangat sulit untuk fine tuning parameter. Reverb panjang dan pendek ngga jelas beda nya. Lalu suara bass dan oboe jadi mirip hehehe. Begitu juga susah waktu meng EQ instrument.
Tapi memang banyak yg tertipu dengan speaker flat karena belum biasa. Biasa nya dengar speaker rumah yg bass nya mantap, lho koq di speaker flat ngga gitu berasa. Jadi nya pas mixing di speaker flat kegedean bass nya. Begitu juga dengan treble.
source : http://www.dolphindaw.com/course/tips%20mixing.html
Readmore...

Equalizer a.k.a EQ

Equalizer secara umum dapat dibagi dua, yaitu graphic dan parametric. Graphical EQ banyak dipakai pada Equalizer rumahan, sedangkan yang banyak kita pakai dalam dunia audio engineering adalah parametric EQ.

Parametric EQ memiliki tiga buah parameter yang dapat disetel yaitu:

* Center frequency : Frequency tengah yang ingin anda cut / boost
* Gain : jumlah cut / boost dalam satuan dB
* Q Factor : Lebar atau sempit nya bandwith dari frequency yang di cut / boost

berikut lebih jelasnya . . .

Q factor: semakin tinggi angka nya, semakin sempit frequency yang terkena. Semakin rendah Q nya, semakin lebar frequency yang kena.

Selain Bell Shape EQ yang dapat kita tentukan Q nya, kita mengenal juga yang namanya Shelving EQ. Pada shelving EQ, bandwith dan center frequency tidak lagi relevan. Sebagai ganti nya f di deskripsikan sebagai cut-off frequency, dan g adalah slope nya.

Low Shelf EQ: Semua frequency dibawah f yang kita tentukan akan terkena boost / cut

High Shelf EQ: Semua frequency diatas f yang kita tentukan akan terkena boost / cut

High Pass EQ: Semua frequency dibawah f yang kita tentukan akan dipotong / dibuang.

Low Pass EQ: Semua frequency diatas f yang kita tentukan akan dipotong / dibuang.

EQ sebaiknya digunakan sesudah proses tracking. Artinya, pada saat merekam suatu suara, baik itu vocal, atau gitar, dianjurkan untuk tidak meng EQ nya terlebih dahulu. Biasakanlah untuk mencari sound yang terbaik pada saat merekam. Mungkin dengan merubah letak microphone, mengganti microphone nya, atau alat musik nya. Yang harus diingat, anda tak dapat mem boost/cut apa yang tidak ada dari awal nya.

Low Cut Filter: Digunakan ketika merekam vocal dengan jarak dekat. Karena ada nya proximity Effect, juga menjaga getaran2 spt dari kaki, AC, dll nya.

Apabila anda terpaksa meng EQ lebih dari 9 dB, apabila mungkin, cobalah untuk merubah posisi microphone atau men tune alat musik anda untuk mendapatkan sound yang diinginkan.Apabila anda kebagian job mixing sementara orang lain yang men track nya, maka anda mau tak mau terpaksa menggunakan EQ. Dalam hal inicobalah untuk menghindari penggunaan lebih dari 9 dB. Penggunaan EQ, terutama saat mem boost nya, memiliki efek samping yaitu phase shifting. Lebih baik utk meng cut, karena efek samping nya tidak sebesar mem boost.

Gunakan “cut” utk menghilangkan frequency yg bermasalah atau membuat sound menjadi lebih baik. Gunakan “boost” utk merubah warna dari sound.

Natural EQ

Asli nya di alam, frequency yang ber energy rendah adalah high frequency. Jadi nya pada jarak yang jauh, yang pertama kali hilang adalah high frequency nya. Sebagai contoh : Apabila kita mendengar suara drum dari ruangan sebelah, suara kick drum ( low frequency )dapat menembus tembok karena memiliki energy lebih dibandingkan dengan suara cymbal ( High Frequency ). Teori ini kita pergunakan sewaktu mixing dan ingin membuat beberapa instrument terdengar lebih jauh.

Penggunaan EQ

Penggunaan EQ sebenarnya dapat menurunkan kualitas dari sound. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk mencari sound yang diinginkan dari awal nya. Ingatlah bahwa anda tak dapat meng-cut atau boost frequency yang tidak ada dari awal nya. Sebagai contoh, apabila seseorang menaruh bantal diantara beater kick drum dan microphone, maka bagaimanapun anda mem-boost atau meng-cut frequency, maka tetap tak akan mendapatkan sound yang diinginkan.

Jangan meng EQ instrument utk menjadikan nya terdengar enak dalam solo, tetapi bagaimana membuat instrument itu terdengar baik di dalam mix. Contoh nya: Full Range gitar solo terdengar enak waktu solo, tapi mungkin akan menabrak instrument lain nya dalam mix.

EQ biasa digunakan untuk:

* Merubah warna dari sound
* Memisahkan dua instrument yang frequency nya bertabrakan
* Menyingkirkan frequency kotor yang mengganggu
* Mastering

Frequency dapat dibagi atas:

* Very Low yaitu dari sekitar 80 Hz kebawah
* Low sekitar 80 Hz - 350 Hz
* Low Midrange sekitar 350 Hz - 2 kHz
* High Midrange sekitar 2 kHz - 6 kHz
* High yaitu sekitar 6 kHz keatas

Penggunaan EQ untuk pemula:

* G nya tidak melebihi 9 dB
* Q nya berkisar sekitar 1.5
* Frequency dibawah 150 Hz gunakan Low Shelf EQ
* Frequency diatas 8 kHz gunakan High Shelf EQ

Apabila mungkin cobalah untuk mixing tanpa mempergunakan terlalu banyak EQ. Selain lebih hemat waktu, juga sound yang dihasilkan akan jauh terdengar lebih natural. Cobalah untuk terlebih dulu mixing sebaik-baik nya dengan hanya mengatur volume fader dan reverb. Mungkin sekali anda akan merasakan hasil yang natural dan terbuka (lebar).
source : http://www.dolphindaw.com/course/Equalizer.html
Readmore...

Mengenal Compressor

Compressor adalah sebuah alat yang termasuk dalam kategori “gain based”. Sewaktu kita menyetel parameter2 yang terdapat pada sebuah unit compressor, digunakan satuan dalam dB. Compressor berguna utk membuat signal lebih rata atau stabil. Tidak terlalu naik turun.

Dahulu sewaktu rekaman banyak dilakukan di pita analog, ketika seorang Sound Engineer merekam material yang memiliki perubahan dinamika tinggi, maka dia akan menurunkan volume sehingga bagian yang berdinamika kuat tak akan mengakibatkan distorsi. Masalahnya, ketika volume diturunkan, maka bagian yang lembut berada dekat pada noise floor, jadinya tak terdengar jelas karena tertutup oleh suara seperti “shhhhhh”. Dengan menggunakan compressor, maka Sound Engineer dapat men-stabilkan materi sehingga volume keseluruhan dapat diangkat dan mengurangi tape noise.

Contoh lain nya adalah penggunaan compressor pada vocal. Mari kita bayangkan apabila kita mixing sebuah lagu yang hanya terdiri dari vocal, sedangkan musiknya berasal dari keyboard atau organ tunggal. Kita mengetahui bahwa musik organ tunggal memiliki dinamika yg konstan, sehingga akan menjadi masalah apabila vocal nya memiliki dinamika yang lebar.

Misalnya si penyanyi berbisik pada intro, lalu menyanyi dengan kencang pada bagian reff. Apabila kita mem balance musik dan vocal berdasarkan saat ref, maka ketika intro vocal tak akan kedengaran karena si penyanyi berbisik. Begitu juga apabila kita mem balance musik dan vocal berdasarkan saat intro, maka saat ref musik akan tertutup karena si vocalist menyanyi dengan kencang / berteriak.

Dengan menggunakan compressor, Sound Engineer dapat menstabilkan vocal tersebut sehingga dapat “masuk/menempel” dengan baik pada musik organ tunggal.

Utk rekaman, Compressor juga dapat digunakan “sebelum” signal masuk ke tape / hard disk. Utk aplikasi ini, Compressor berguna utk menjaga signal yang masuk agar tidak sampai terjadi digital clipping.

Yang masih termasuk dari kategori compressor antara lain:

Limiter: output nya konstan, tidak perduli besar kecil nya signal yang masuk / signal tak diperkenankan melewati threshold yang ada.

Brick Wall Limiter: Limiter yang banyak digunakan pada saat mastering untuk menaikkan volume keseluruhan dari sebuah material audio.

Frequency Selected Compressor: bekerja pada satu band frequency yang telah ditentukan. Contoh nya adalah deesser. Deesser bekerja pada frequency sekitar 5 – 8 kHz dan berguna utk menekan bunyi desis pada vocal

Multi Band Compressor: Banyak digunakan utk mastering. Bisa kita bayangkan sebagai beberapa compressor dijadikan satu. Yang mana tiap2 compressor menangani frekuensi atau bandwith yang berbeda secara independent. Tiap bandwith dapat memiliki settingan attack, release , ratio dan threshold yang berbeda juga. Misalnya kita memiliki MBC yang dibagi 3, maka dapat di set: satu untuk meng-compress frequency rendah, satu utk mid, dan satu utk high frequency.

Apabila digunakan dengan baik dan benar, sebagian besar pendengar yang awam tak akan menyadari bahwa compressor telah digunakan. Telinga manusia cenderung lebih peka terhadap perubahan pitch daripada perubahan amplitude.

Umumnya, sound engineer mengerti musik. Tentu nya anda mengerti, selain nada dan irama, perubahan dinamika atau keras lembut nya sebuah lagu sangat mempengaruhi keindahan dari lagu tersebut. Apalagi utk lagu klasik. Nah, inilah yang akan kita coba pertahankan.

Secara garis umum ada 5 buah parameter yang dapat di adjust, yaitu: threshold, ratio, attack time, release time, dan output/gain. Dari ke 5 parameter ini, saya akan membagi nya menjadi dua bagian yaitu, threshold dan ratio. Selanjutnya adalah attack time dan release time. Pertama-tama kita membahas soal threshold dan ratio.

Yang pertama adalah threshold. Threshold adalah satu point dimana apabila sebuah signal melewati titik ini, maka si compressor akan mulai bekerja. Anda lah yang menentukan threshold ini. Sebagai contoh, apabila threshold di set pada -20 dB, maka semua signal yang melewati -20 dB akan di proses. Signal yang tak melewati tak akan di proses.

Parameter yang kedua adalah ratio. Singkatnya, ratio adalah perbandingan atau jumlah dari kompresi yang akan dikenakan kepada signal audio yang melewati batas threshold. Misalkan ratio di set pada perbandingan 3:1 dan threshold -20 dBFS. Apabila signal berada pada -14, berarti melewati threshold dengan jumlah 6 dB. Lalu akan di kompress dengan perbandingan 3:1. Maka akan kita dapat hasil 2. Nah ini yang kita tambahkan pada threshold kita yang -20 tadi. Hasil akhir nya adalah -18 dB.

Kita telah membahas berulang kali soal dB ini, mungkin anda bertanya-tanya, berapa dB kah kompresi yang baik itu? Sebagai jawaban nya, tergantung selera dan jenis musik yang sedang anda mixing. Tapi, ada patokan nya yaitu: apabila anda sudah mengkompress sebesar 6 dB, maka di persepsikan itu adalah setengah dari keras nya suara sebelum di kompress. Utk lebih jelas nya perhatikan tabel pada bagian bawah artikel ini.

Parameter kita yang ketiga, adalah attack time. Attack time menentukan berapa lama nya si compressor “menunggu sebelum mulai bekerja” setelah ia mendeteksi ada nya signal yang melewati threshold. Seperti kita lihat pada gambar diatas, setiap instrument memiliki “Sound Envelope” yang berbeda. Jika attack time anda set “fast”, maka compressor akan melihat dan bereaksi pada hampir setiap signal yang melewati threshold.

Contoh nya saat kita gunakan compressor pada track drum. Apabila attack time di set cepat, maka compressor akan bereaksi terhadap setiap pukulan drum. Ketika anda merubah attack time to “slow”, maka compressor tak akan bereaksi terhadap signal berdurasi pendek.

Parameter kita yang ke empat, adalah release time. Release time menentukan berapa lama nya si compressor “menunggu sebelum berhenti bekerja” setelah ia mendeteksi bahwa signal audio sudah tak lagi berada di atas threshold. Bisa juga diartikan waktu nya sebelum compressor kembali ke normal (sebelum dia bekerja)

Parameter yang ke lima adalah make up gain, atau output. Ketika sebuah signal di compress, maka otomatis amplitude nya akan berkurang. Output ini berguna untuk menambah “Gain” dari signal audio anda yang sudah di kompress.

Beberapa Compressor memiliki settingan yang disebut Hard Knee atau Soft Knee. Perbedaan nya adalah, pada Hard Knee, ketika signal masih di bawah threshold, sama sekali tidak di compress. Begitu melewati threshold, maka compressor langsung bekerja. Pada soft knee, ketika signal mulai mendekati threshold maka compressor nya mulai bekerja.

Beberapa kesalahan yang banyak ditemui pada saat setting compressor:

* Threshold nya di set ke 0
* Ratio di set ke 1
* Attack terlalu besar saat meng-compress instrument perkusi

Cara cepat utk mengeset compressor :

* Set Ratio 3:1
* Set Attack Time 12 ms, Release Time 50 ms atau Auto
* Perlahan-lahan turunkan threshold nya sehingga didapat Gain Reduction antara 4 s/d 8 dB ( Tergantung jenis instrument nya )

Panduan menentukan parameter compressor :

* Jenis instrument dipakai untuk menentukan attack dan release Time
* Teknik bermain atau dynamic range dipakai untuk menentukan ration dan gain reduction

Panduan perbandingan dB saat mixing :

* +1 dB artinya bertambah 12%
* +3 dB artinya bertambah 40%
* +6 dB artinya dua kali lipat lebih kencang ( bertambah 100% )
Readmore...

Tips untuk Tracking / Recording ak.a "Take"

Salah satu yang membedakan SE pemula dan SE Pro adalah Sound Engineer professional hampir selalu mendapatkan hasil rekam yang baik dengan menggunakan alat apapun.

Misalnya sebuah studio yang biasa dijalankan oleh pemiliknya, seorang SE pengalaman. Suatu hari dia sakit dan terpaksa digantikan assistant nya, sering kali si klient akan keberatan dan mungkin minta diganti hari sambil menunggu hingga SE favorit mereka sembuh. Mengapa bisa demikian? Walaupun peralatan nya sama tetapi apabila yang menggunakan nya berbeda sudah bisa dipastikan hasilnya akan berbeda.

Sound Engineer professional walaupun diberi alat sederhana akan mendapatkan hasil yang bagus. Akan tetapi SE pemula walaupun diberi alat canggih belum tentu mendapatkan hasil yang memuaskan. Jadi sudah jelas bahwa yang menentukan adalah jam terbang atau pengetahuan dari SE yang bersangkutan. Semakin tinggi jam terbang seorang Sound Engineer, semakin banyak pengalaman dan pengetahuan nya. Otomatis akan semakin baik pula hasil rekaman nya.

Lalu bagi SE pemula, apa saja yang minimal perlu diketahui supaya dapat menghasilkan rekaman yg lumayan baik, dan layak mixing. Karena sering kali hasil rekam sedemikian parah nya sampai tidak bisa di mixing hehe.

Oke...bagi yang baru mulai rekaman, ada beberapa tips yang mungkin bisa diikuti supaya hasil rekam anda bisa dikatakan "Layak Mixing"

1. Mengerti dengan baik apa itu bit resolution dan sample rate. Penjelasan : Bit resolution menentukan berapa lebar dynamic range yang dimiliki oleh hasil rekaman anda. Misalnya anda merekam dengan bit resolution 16 bit. Maka secara teori hasil rekaman anda memiliki dynamic range 96 dB, atau dengan kata lain noise floor hasil rekam anda berada pada -96 dBFS. Tidak perduli apakah soundcard anda memiliki S/N Ratio 120 dB sekalipun, tapi apabila anda merekam pada format 16 bit maka hasil rekam anda hanya memiliki dynamic range 96 dB. Itulah sebabnya kebanyakan orang merekam dengan format 24 bit.

Sample rate menentukan frequency tertinggi yang dapat direkam / playback oleh audio file anda. Misalnya anda merekam dengan format sample rate 8 khz. Maka frequency tertinggi yang dapat anda rekam / playback adalah setengah dari itu yaitu 4 khz. Yang harus diperhatikan adalah CD standard ( red book ) menentukan sample rate nya adalah 44.1khz. Saat ini banyak sound card yang dapat merekam hingga 192 khz. Tapi pertanyaan nya perlukah merekam dengan sample rate sedemikian tinggi apabila yang anda rekam sehari-hari adalah demo atau master biasa yang akan direkam ke CD Audio ??

2. Mengerti Headroom dan Gain Structure. Masalah headroom sudah dijelaskan pada artikel saya yang satu lagi yaitu "apa itu headroom??". Begitu anda memahami headroom, juga harus memahami yang namanya Gain Structure karena peralatan analog juga memiliki dynamic range. Misalnya anda menyetel pre amp anda dengan gain yang rendah. Bisa dipastikan signal anda berada dekat dengan noise floor dari pre amp tersebut. Walaupun di tahap berikut nya anda menaikkan levelnya, akan tetapi noise dari si pre amp akan ikut terangkat. Bisa dibilang anda tidak memaksimalkan peralatan yang dimiliki.

Begitu juga sebaliknya apabila di pre amp anda sudah mendapatkan signal yang cukup "hot", tetapi pada saat konversi digital nya signal terlalu rendah, maka dibilang membuang-buang bit resolution. Hasil rekam anda juga tidak akan memiliki dynamic range yang lebar.

3. Mengerti jenis kabel dan signal level. Pada garis besarnya signal di studio dibagi atas 3 macam yaitu line level, microphone level dan instrument level. Line level biasanya berasal dari berbagai macam peralatan di studio seperti keyboard, floor board / fx guitar, pre amp output, dsb. Line level ada dua macam yaitu pro +4 dan consumer -10 level. Microphone level berasal dari microphone, sedangkan instrument level berasal dari gitar dan bass anda.

Beberapa kesalahan yang sering terjadi yaitu mencolokkan inst level pada line input mixer / converter disebabkan keduanya memiliki koneksi yang mirip yaitu TS / TRS. Terkadang juga ada yang mencolokkan line level terhadap microphone input dikarenakan beberapa peralatan memiliki line out dalam bentuk XLR. Apabila tidak memahami dengan baik perbedaannya masing2 maka akan berpotensi menurunkan kualitas hasil rekaman anda.

4. Mengerti jenis microphone dan polar pattern nya. Di Studio kita menggunakan berbagai macam microphone. Ada microphone untuk take vocal, todong ampli gitar / bass. Ada yang digunakan untuk merekam ambience drum, overhead drum, untuk todong guitar acoustic, dsb. Beberapa microphone memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda-beda sehingga seorang SE mutlak mengetahui saat dia akan memilih microphone yang akan digunakan.

Secara garis besar ada beberapa jenis microphone. Dua yang paling banyak digunakan adalah condenser dan dynamic. Microphone condenser memiliki tangkapan frequency yang lebih baik dan detail dibandingkan microphone dynamic, dengan persyaratan dia memerlukan phantom power. Phantom Power yaitu arus 48 v yang berfungsi menghidupkan microphone condenser. Kebalikan nya Dynamic Microphone tidak memiliki detail sebaik condenser, akan tetapi dia lebih tahan banting dan tahan high SPL sehingga sering digunakan pada instrument drum. Akan tetapi untuk overhead dan ambience biasanya tetap menggunakan microphone condenser.

Polar Pattern disebut juga arah tangkapan dari microphone yang bersangkutan. Ada beberapa jenis polar pattern seperti cardioid, omni directional, figure of 8 dan sebagainya. Ketika melakukan microphone placement nanti si Sound Engineer juga akan menentukan polar pattern dari microphone yang digunakan supaya nantinya didapat hasil yang maksimal dan bebas dari sound yang tidak diinginkan.

5. Mengerti Signal Routing dan Monitoring. Monitoring dan signal routing sangat penting di dalam studio. Monitoring yang terbaik adalah free latency monitoring. Yaitu apa yang dimainkan atau diucapkan si artis akan didengar tanpa ada keterlambatan sehingga mood si player / artis akan tetap terjaga.

Terkadang vocalist atau drummer menginginkan "special mix" untuk headphone mereka. Misalnya si drummer ingin click track / metronome nya lebih jelas. Atau si vocalist juga menginginkan vocal dia diperjelas untuk pitch control. Apabila si SE mengerti monitoring dan signal routing secara keseluruhan, maka seluruh keinginan player dapat dipenuhi sehingga suasana recording bisa dijaga. Tidak masalah untuk membuat dua buah mix yang berbeda. Satu untuk control room dan satunya lagi sesuai permintaan dari si artis / player.
source : http://belajarrekaman.blogspot.com/2010/02/tips-untuk-tracking-recording.html


Readmore...

Your Ad Here

Enjoy The Post